Sebuah Pengantar dan Pedoman Praktis
Menjadi kaum muda yang misioner
Setelah mendiskripsikan signifikansi kaum muda dalam misi, tulisan ini selanjutnya berusaha memberikan beberapa pedoman praktis untuk mencetak kaum muda sebagai generasi yang misioner. Pedoman praktis yang paling penting, tetapi sekaligus sering diabaikan, adalah berdoa. Sejarah telah mencatat bahwa kegerakan misi di kalangan kaum muda dimulai dengan doa. David Byrant mengatakan, “there is a threefold development in God’s pattern of awakening: first, there are prayer movements, then there is revitalization, then expansion”.Doa memegang peranan lebih penting daripada pengetahuan tentang misi dan berbagai metode/strategi dalam misi. Suatu metode tidak selalu bisa diaplikasikan dalam konteks tertentu, tetapi doa berada di atas semua konteks. Allah yang memiliki pekerjaan misi, sehingga pelaku misi perlu terus bergantung pada Allah. Berikut ini adalah beberapa langkah praktis yang bisa ditempuh:

2. Pemimpin kaum muda perlu mengadakan konser doa (insidentil) khusus untuk misi. Konser ini sebisa mungkin melibatkan kaum muda dari denominasi lain.
3. Pemimpin kaum muda perlu mengadakan aktivitas doa yang teratur (berkala).
4. Pemimpin kaum muda perlu mengarahkan anggota untuk berdoa secara khusus (spesifik) tentang target dan program misi yang akan dilakukan.
Pedoman selanjutnya adalah memformulasikan ulang pengertian “misi”. Ada tiga pandangan
umum tentang misi. Pandangan tradisional melihat misi identik (dan terbatas pada) penginjilan. Menurut pandangan modern (kalangan liberal) misi mencakup penginjilan dan pelayanan sosial. Bagi mereka penginjilan tidak lebih penting daripada pelayanan sosial. Perubahan paradigma kalangan Injili tentang pengertian misi dipelopori oleh John Stott. Ia berpendapat bahwa misi Alkitabiah mencakup penginjilan dan pelayanan, tetapi penginjilan tetap menjadi inti misi. Murid-murid diutus untuk melakukan misi sama seperti yang telah dilakukan Yesus, sedangkan dalam pelayanan Yesus, Ia tidak hanya memberitakan Injil tetapi juga memperhatikan masalah sosial. Perbedaan konsep tentang pengertian misi seperti di atas bisa membawa implikasi praktis secara vocational (konsep tentang pekerjaan), local (konsep tentang jenis pelayanan gereja) dan national (konsep tentang keterlibatan gereja dalam masyarakat). Dengan pemahaman yang holistik ini kaum muda akan dimampukan untuk menjadikan misi sebagai gaya hidup. Kaum muda dibimbing untuk melihat apapun dan kapanpun aktivitas mereka, mereka bisa memanfaatkannya untuk melakukan misi
Pedoman ketiga adalah mengadakan berbagai “propaganda” misi. Kegiatan ini bermanfaat untuk menumbuhkan kesadaran tentang misi. Salah satu elemen penting dalam tahap ini adalah pengadaan berbagai seminar misi. Kaum muda akan termotivasi untuk melibatkan diri dalam pergerakan misi yang besar di dunia. Mereka juga dibekali dengan pemahaman yang benar tentang misi dan semua aspek yang berhubungan dengan misi. Pada tahap ini kaum muda perlu mendengarkan langsung dari beberapa praktisi misi di lapangan maupun melihat film dokuementer tentang tokoh-tokoh misi. Mereka perlu mengetahui peluang, tantangan dan dedikasi para pelaku misi, sehingga mereka bisa lebih apresiatif terhadap aktivitas misi. Kesaksian pertobatan dari beberapa anggota kaum muda dan pengaruh signifikan dari pertobatan tersebut juga bisa menjadi sumber motivasi. Selain itu, up dating informasi tentang aktivitas misi yang telah atau sedang dilakukan oleh kaum muda akan berpengaruh besar terhadap apreasiasi mereka. Berikut ini adalah beberapa topik penting yang bisa dijadikan tema seminar:
1. Misi dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
2. Sejarah misi dunia.
3. Berbagai teori dan trend terbaru dalam gerakan misi.
4. Misi dan budaya (kontekstualisasi)
Pedoman selanjutnya adalah menentukan target misi. Mengenali taget misi secara khusus akan meningkatkan efektivitas misi yang dilakukan. Pembatasan ini bukan dimaksudkan sebagai eksklusivitas, tetapi lebih pada prioritas. Kaum muda perlu mengenal beragam opsi bagi sasaran misi yang dilakukan. Menjadi misioner tidak harus pergi ke pedalaman untuk mengabarkan Injil (kecuali jikalau seseorang merasa pasti dipanggil secara khusus menjadi penginjil). Beberapa golongan yang mungkin bisa dijadikan target misi antara lain pelayanan anak jalanan, anak yatim di panti asuhan, rumah sakit, pecandu narkoba, bahkan sahabat di sekolah tidak jarang ada yang belum pernah mendengarkan Injil. Kaum muda hanya perlu mengambil satu target secara khusus dalam jangka waktu tertentu. Setelah target tersebut secara relatif telah dicapai, kaum muda bisa mengganti dengan target yang lain. Mayoritas gereja hanya memfokuskan pada penggalakan misi kepada sahabat-sahabat dengan harapan aktivitas tersebut dapat meningkat pertumbuhan gereja, tetapi kaum muda sebaiknya tidak terpaku pada target ini, karena hal ini bisa menimbulkan kesan bahwa misi bertujuan untuk pelebaran gereja, bukan pelebaran Kerajaan Allah.
Setelah menemukan pimpinan Allah yang berkaitan dengan target misi, kaum muda selanjutnya perlu mendapatkan pelatihan khusus. Bagaimanapun, seminar yang tanpa disertai pelatihan hanya akan menghasilkan ‘guilty feeling’. Apabila perasaan bersalah ini terus menerus dibangkitkan melalui berbagai seminar misi yang diadakan, hal ini bisa “mematikan nurani terhadap misi”. Dalam kaitan dengan hal ini, salah satu faktor yang berpengaruh adalah konsep seseorang tentang pendidikan. Dalam salah satu bab yang berjudul “Education in Mission” Paul D. and Katherine A. Gehris menjelaskan cakupan pendidikan:
Kaum muda memiliki beberapa keunikan yang tidak dipunyai oleh golongan masyarakat yang lain. Mereka sangat berpotensi untuk menjadi penentu sejarah dan arah masa depan gereja, karena itu kemampuan mereka harus dikembangkan seoptimal mungkin. Mereka perlu dilibatkan sedini mungkin dan sebanyak mungkin dalam aktivitas misi. Kaum muda pada zaman dahulu bukan hanya menjadi pelaku sejarah, tetapi juga pembuat sejarah. Hal yang sama akan tetap terjadi sekarang apabila ada perhatian yang serius dari pemimpin gereja dan pemimpin kaum muda. Kiranya Allah yang memiliki dan telah memulai misi-Nya akan terus membimbing kita menjadi bejana yang efektif di tangan-Nya. Amin