MENJADI KAUM MUDA YANG SIAP DI UTUS


https://fbcdn-photos-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc7/377995_335112583174787_1599569584_a.jpgPerubahan kehidupan manusia tidak terlepas dari pola kehidupan manusia (pattern of life). Sebelum memasuki “dunia”, manusia tentunya mengalami suatu tuntutan masa kehidupan, yaitu masa kanak-kanak, masa remaja dan masa usia lanjut. Masa-masa ini mengantarkan manusia untuk membentuk diri menjadi manusia yang memanusiakan manusia. Artinya, keadaan demikian mengantarkan manusia pada sebuah restorasi kehidupan yang bersifat eksistensial. Melalui restorasi ini manusia dapat mengalami perubahan hidup di mana perubahan hidup manusia akan semakin menambah esensi kehidupan yang mempunyai makna dan tujuan. Oleh karena itu, setiap orang membutuhkan “makna” yang menjadi alasan mengapa hidup ini masih harus dijalankan.

Kebutuhan akan makna itu terpenuhi ketika setiap orang saling memperhatikan, saling memberikan yang terbaik, dan yang positif satu dengan yang lain. Tindakan demikian apakah telah diimplementasikan oleh kaum muda - bagaimana dengan tindakan kehidupan kaum muda sebagai masa depan Gereja? Menjadi kaum muda merupakan suatu kesempatan untuk menaklukkan segala suka cita dalam kelangsungan kehidupan menggereja. Kehidupan menggereja bagi kaum muda merupakan suatu bentuk eksplorasi sifat-sifat serta intensitas kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai Kristianitas. Yang dipandang sebagai nilai Kristianitas adalah suatu bentuk prioritas kehidupan manusia yang bersumber pada ajaran Yesus Kristus.

Yesus Kristus mengajarkan manusia untuk saling mengenal dan mencintai sesama sebagai bentuk tindakan karitatif yang radikal. Tindakan karitatif bukan atas dasar paksaan atau dorongan dari orang lain, melainkan tindakan yang benar-benar hidup dari hati nurani setiap pribadi tanpa harus menghitung untung dan rugi dari tindakan yang dilakukan. Maka tindakan tersebut merupakan suatu bentuk eksplorasi kehidupan yang bersumber pada keutuhan kepekaan indrawi manusia. Artinya suatu bentuk verifikasi kehidupan yang berlandaskan tindakan tanpa pamrih serta sikap empati terhadap sesama secara fungsional.

Dalam hal ini kehidupan manusia pada umumnya akan membentuk suatu komunitas, baik secara struktral maupun non struktural. Keadaan demikian tidak terlepas dari tindakan para kaum muda yang perperan aktif dalam kegiatan agama dan bermasyarakat. Bagi kaum muda katolik hendaknya memiliki nilai-nilai pengembangan diri dalam proses pewartaan, demi menunjang kehidupan menggereja yang efisien. Nilai-nilai pribadi yang harus dimiliki oleh setiap kaum muda Katolik yaitu pertama, menghargai diri sendiri (image respect). Kristus telah menyatakan diriNya bagi keselamatan manusia. Maka sebagai pribadi yang percaya kepada Kristus hendaknya mampu menjaga diri dengan mengembangkan esensi-esensi kehidupan yang diwariskan Kristus. Esensi kehidupan yang dimaksud adalah memaknai siapakah saya? Ketika kemampuan untuk mengenal diri dengan pertanyaaan demikian mengantarkan pada sebuah pemahaman akan adanya harga diri. Harga diri bagi seseorang yang perlu diketahui adalah melakukan tindakan kasih terhadap diri dengan berpikir dan bertindak secara positif terhadap sesama.

Dalam proses memahami diri sendiri dibutuhkan sebuah kepekaan di mana setiap pribadi harus mampu mengimplementasikan dasar pemahaman akan diri sendiri dengan menentukan tindakan seperti apakah yang dapat saya lakukan untuk menghargai diri saya? Hanyalah setiap pribadi yang mampu memberikan jawabannya. Kedua, tanggung jawab (responsibility of self). Sikap tanggung jawab merupakan sebuah sikap pengembangan atas pemahaman terhadap diri sendiri. Artinya bukan hal demikian dianggap egoistis; tetapi suatu bentuk eksplorasi diri dengan mengaktualisasikan tindakan positif demi menjaga identitas diri di hadapan sesama. Ketiga, kemampuan berinteraksi. Sikap interaksi setiap manusia akan menimbulkan sutau bentuk reduplikasi kehidupan manusia atas sikap dasar manusia sebagai mahkluk sosial. Sebagai mahkluk sosial manusia harus mampu mengembangkan sikap interaksi dengan sesama sebagai bentuk pengaktualisasian eksitensi kehidupan yang mencakup kemampuan dasar manusia terutama adanya kehendak untuk berbagi dengan sesama. Ketika sikap berbagi telah dipupuk oleh setiap persona maka interaksi sosial akan semakin dimaknai, karena adanya sikap yang dipahami sebagai bentuk penghargaan diri orang lain sebagai bagian dari diri sendiri (sense of belonging). Bila setiap persona mampu berinteraksi dengan tindakan demikian akan membentuk sebuah bejana kehidupan yaitu saling mencintai.

“Hidup adalah cinta”. Cinta yang tulus adalah cinta tanpa pamrih. Cinta yang mampu memaknai diri orang lain sebagai bagian dari diri sendiri. Tentu mencintai bukanlah dengan kata-kata semata melainkan mengorbankan segalanya. Sikap berkorban bukan dipandang sebagai bentuk konsumerisme kehidupan manusia, tetapi dipandang sebagai tindakan nyata atas kasih yang dimiliki oleh setiap pribadi manusia. Keempat, berwawasan luas. Bagi seorang pemikir tentu dia tidak akan berhenti untuk menggunakan akalnya untuk mencari dan memaknai sesuatu demi mencapai suatu titik temu atas pemikirannya. Berpikir berarti mengaktualisasikan segala organ tubuh dengan menghidupkan semua panca indra demi menuaikan sebuah “daya dan gaya” dari esensi kemampuan manusia yang bersumber pada memori manusia.

Dalam ilmu kedokteran, otak merupakan pusat pergerakan seluruh panca indera manusia. Sebab melalui otak, manusia dapat bertindak. Otak selalu bergerak dan mencari titik temu dengan pergerakan tindakan manusia. Maka dalam hal ini manusia dipandang sebagai mahkluk yang berpikir serta mempunyai wawasan. Ketika setiap persona mempunyai wawasan untuk berpikir secara radikal, tentu akan menghasilkan nilai-nilai kehidupan yang bersumber pada landasan kehidupan Kristianitas. Saya berpikir maka saya mempunyai kehendak, atau sebaliknya. Antara kehendak dan berpikir keduanya mempunyai nilai dan fungsi yang sama. Artinya, kedua-duanya mempunyai daya pengolahan yang dapat menstabilkan keadaan diri seseorang dengan memahami wujud pemikiran yang harus dipertanggungjawabkan secara utuh. Oleh karena itu, sebagai kaum muda gunakanlah kemampuan berpikir dengan bertindak secara positif demi menumbuhkan nilai-nilai sosialitas dalam hidup bermasyrakat dan menggereja.

Dari konsep pemahaman di atas maka terbentuklah pola kehidupan yang harus dipahami kaum muda di era globalisasi, yaitu “menjadi kaum muda yang berpotensi dalam mewartakan Kabar Baik”. Menjadi pewarta kabar baik yaitu mampu mengaktualisasikan nilai-nilai kehidupan yang bersifat ilahi dan manusiawi. Untuk pemahaman terhadap nilai tersebut maka perlu dipahami bagaimana perjalanan Kristus Imam Agung dalam mewartakan Kerajaan Allah. Yesus datang ke dunia, hadir di tengah-tengah umat manusia untuk mewartakan Kabar Baik tentang karya keselamatan Allah. Sebelum memulai tugasNya, Yesus memaklumkan misiNya di depan sekelompok umat di Sinagoga Nasareth.

Bagaimana dengan kegiatan hari kaum muda sedunia? Apa tindakan kaum muda dalam kegiatan tersebut? Sebagai pengikut Yesus yang sudah dipercayakan melanjutkan karya agung itu, kita perlu belajar dari semangat Yesus sendiri agar menjadi pewarta kabar baik yang bermutu. Dalam perjalanan hidupNya Yesus pun mempunyai misi. Ia melaksanakan tugas misiNya dengan memaklumkan Kabar Gembira Kerajaan Allah (Luk 4:14-30). Ketika Roh Kudus turun ke atasNya pada peristiwa pembaptisan, Yesus dilantik sebagai Raja Penyelamat. Bagaimana kita sebagai kaum muda dalam menanggapi kegiatan hari kaum muda sedunia yang dilaksanakan di Madrid? Apakah seperti tindakan Yesus? Kini Yesus telah membuka jalan bagi kita dimana kita akan diajarkan tentang tugasNya yang di sebutkan Yesaya: “menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin dan tawanan. Yesus datang untuk memaklumkan Tahun Rahmat Tuhan. Itulah tugas misioner Yesus sebagai bentuk pelayananNya pada zamanNya”.

Pada kesempatan ini kita sebagai kaum muda diajak untuk berpartisipasi dalam ajang kegiatan Hari Kaum Muda Sedunia dengan meneladani misi Yesus sebagai pedoman perjalanan hidup kita. Yesus sadar akan misi kasih Allah BapaNya. Ia senantisa mewartakan Kabar Gembira menjangkau dunia perintis iman. Dituntun oleh Roh, Ia terus beralih untuk menanggapi orang-orang yang tertindas dan miskin akan kasih sesamanya. Wawasan misiNya luas, mewujudkan kasih Bapa yang merangkul dan menyelamatkan semua orang. Dalam kuasa Roh Kudus, Yesus mengetahui benar kehendak BapaNya, yakni “membawa kehidupan yang berlimpah bagi semua orang (Yoh 10:10)”. Sebagai ajang keikutsertaan kaum muda dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan pengembangan misi Gereja dengan mengaktualisasikan potensi-potensi diri serta mengimplementasikan ajaran Yesus Kristus sebagai pedoman hidup yang utuh. Maka dalam tugas pelayanan kaum muda terhadap Gereja hendaknya memahami pedoman ajaran Kristus yang berbunyi: “Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab itu Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan Kabar Baik kepada orang miskin; dan telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang tertindas, untuk memberitakan Tahun Rahmat Tuhan telah datang (Luk 4:18-19)”. Melalui Sakramen Pembaptisan kita telah dipersatukan bersama Kristus. Untuk itu, kita yang telah mengimaniNya akan memaklumkan kabar baik dengan tugas mewartakan Kerajaan Allah ke seluruh dunia.

Yesus datang membawa visi untuk menggenapi tugas penggembalaan dari BapaNya. Ia melawan kemapanan yang membelenggu, walaupun Ia tahu hal itu akan membawa diriNya ke salib. Misi Yesus agar semua orang hidup dalam satu Roh bersama dengan BapaNya. Hidup bersekutu dalam kelimpahan kasih. Yesus menginginkan terbentuknya sebuah persekutuan yang mendapatkan kasih tanpa batas. Kasih bagi Yesus merupakan elemen yang dapat membentuk sebuah komunitas yang kokoh. Hendaklah kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihani kamu, demikian juga kamu harus saling mengasihani. Dengan demikian semua orang tahu bahwa kamu adalah murid-muridKu (Yoh 13:34-35). Maka kasih dapat membentuk segalanya menjadi lebih berarti. Oleh karena itu, dalam persekutuan kasih manusia harus memahami serta mengaktualisasikan suatu bentuk persekutuan cinta kasih, damai, bahagia, bebas dan selamat.

Sebagai kaum muda hendaknya mempunyai komitmen untuk Gereja di mana Gereja bukan lagi dipandang sebagai bangunan kosong tetapi bangunan yang penuh dengan cahaya yang menerangi kehidupan iman umat. Untuk menjadi pribadi yang berkompeten dalam membangun hidup menggereja hendaknya kaum muda memiliki komitmen yang kokoh. Komitmen berarti menjalin relasi dengan berjalan bersama sebagai rekan abadi atau rekan seperjuangan, keprihatinan utama, prioritas dalam karya pelayanan Gereja. Misalnya dalam kegiatan hari kaum muda sedunia yang dilaksanakan di Madrid. Kegiatan tersebut merupakan suatu kesempatan untuk membentuk sebuah persekutuan yang berasaskan cinta kasih. Selain itu hendaknya para kaum muda memiliki motivasi yaitu, menggerakkan sebuah persekutuan yang dituntut untuk memaknai kehidupan secara rasional terutama mampu mengembangkan motivasi yaitu “melayani kaum miskin dan orang yang membutuhkan sebagai bentuk pengembangan iman akan Yesus Kristus”. Sikap demikian menjadi prioritas utama bagi iman umat Kristiani. Kristus telah mendahului umatNya. Ia telah memberikan amanat kepada pengikutNya, agar saling mengasihi satu dengan yang lain. Memaknai firman Tuhan, tentu kita sebagai kaum muda harus bersikap karitatif dengan melaksanakan kehendak Kristus Imam Agung dalam mengasihi sesama sebagai bagian dari persona Kristus sendiri. Kristus hadir dalam setiap persona; walaupun secara manusiawi manusia tidak mampu merasakan kehadiran Kristus. Kristus hadir bagi mereka yang setia dan bertekun dalam doa. Ia hadir dalam keheningan. Ia mengosongkan diriNya demi menyambut kehadiran BapaNya. Maka sebagai pengikutNya sambutlah Kristus dengan meluangkan waktu untuk berkomunikasi denganNya. Maka ia akan hadir dan kamu akan mengenal kehadiranNya dalam diri kita setiap saat. Ia hadir demi kita yang telah diutusNya untuk melanjutkan karya keselamatanNya di bumi ini. Dalam melaksanakan kehendak BapaNya ia memiliki motivasi dan misi sebagai bentuk keputusan untuk melaksanakan karya keselamatan yang dikehendaki BapaNya. Mari kita sebagai kaum muda belajar dari sikap dan tindakan Yesus Kristus untuk mewartakan karya keselamatan di bumi ini dengan membuat sebuah keputusan visi dan misi sebagai pedoman dan arah tujuan pewartaan iman. Maka melalui ajakan Hari Kaum Muda sedunia, hendaknya kita bersatu dalam nama Yesus Kristus, membangun kehidupan iman umat dengan mewartakan cinta kasih kepada semua orang dalam suka cita yang mengagungkan hati semua orang sebagai kehadiran nyata Kristus Yesus di tengah umatNya. Ia hadir demi kita, kita hadir demi sesama yang membutuhkan pertolongan kita. Maka dalam kehidupan ini hendaknya kita saling berbagi kasih seperti ajang hari raya yang di laksanakan di Madrid. Inilah momen kita untuk membentuk kesatuan kasih atas nama Kristus sebagai anggota Gereja Katolik yaitu Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik.
“Selamat membaca & Selamat Hari Raya Kaum Muda Sedunia”
Tuhan memberkati

(Joseph Wangge)

sumber :keuskupan bogor

Leave a Reply