Pelayanan Kaum Muda ( Strategi Pelayanan ) bagian II


Kemandegan yang terjadi di dalam pelayanan kaum muda bukan disebabkan program yang buruk, pun bukan karena kurang orang yang mau melayani. Rupanya ada beberapa hal mendasar yang dilupakan atau terlupakan. Dengan memperhitungkan hal-hal mendasar ini bisa disusun suatu strategi pelayanan yang efektif. Tentunya, strategi ini diharapkan akan membuat suatu terobosan di dalam kemandegan pelayanan.

1. Orientasi Kepada Masalah
Salah satu hal yang membedakan kaum muda dari kaum dewasa yaitu pendekatan terhadap masalah. Orang dewasa condong mencari sebuah pemecahan yang khusus atas sebuah masalah dengan cara menghilangkan alternatif pemecahan lain. Maka mereka berorientasi kepada jawaban yang spesifik. Mereka tidak mau memusingkan alternatif-alternatif lain yang merupakan jawaban juga.
http://1.bp.blogspot.com/-gZQBKw6mtr4/T7R_uuBluxI/AAAAAAAAAyI/sdoBrdOy62E/s1600/photo-talking-bubbles-istock_000006855981small1.jpgSedangkan kaum muda berorientasi kepada masalah. Mereka suka menggali sebanyak mungkin pendapat yang ada. Dari semua sudut pandang yang ada mereka baru mau sampai kepada sebuah pemecahan yang memuaskan.
Maka kaum muda perlu memiliki wawasan yang luas tentang suatu masalah. Kerinduan mereka untuk mencari tahu harus dipuaskan. Berbarengan dengan itu mereka juga memerlukan dasar-dasar penilaian yang akan membantu mereka dalam penentuan sikap yang tepat terhadap suatu masalah.
Karena itu pertemuan-pertemuan kelompok, kelompok-kelompok diskusi, dan derajat interaksi antar anggota harus ditingkatkan. Mereka justru akan banyak belajar melalui kesempatan-kesempatan seperti itu.

2. Orientasi Kepada Pengalaman
Kaum muda memang ingin tahu segala sesuatu, tetapi mereka juga ingin mencoba segala sesuatu. Tidak jarang mereka jatuh ke dalam kenakalan remaja, bukan karena mereka pada dasarnya nakal. Pada mulanya mereka hanya ingin merasakan, karena itu mereka mencoba-coba. Dengan menghayati sendiri ke dalam pengalamannya kaum muda belajar sesuatu.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCeputmT2rzszNVSGOhXcTRW1W59zHuI6-mnOThjylbRL4iYiG8KlD1g47BSGPr8S_mqf1Thfw72C9BTR7UJctpATXKTeRwid4K35ygMWjUJLlCtfqkUdXp75NZl08R6UTdijU5djZijAa/s1600/Slide4.JPG
Maka tidak cukup pembinaan kaum muda yang bersifat intelektual saja. Mereka perlu menjalani sendiri kebenaran-kebenaran firman Tuhan. Mereka perlu mengalami dan menghayati sendiri janji-janji Tuhan di dalam kehidupan mereka. Di sinilah proses trial and error tidak bisa dihindari. Ada kalanya mereka berhasil, namun ada kalanya pula mereka gagal dalam menjalani firman Tuhan. Itu suatu proses yang baik dalam arti bahwa mereka sudah berusaha menjadikan firman Tuhan sebagai pengalaman pribadi. Di bawah pendampingan yang bijaksana dari pembimbing rohani mereka akan maju dan semakin maju di dalam penghayatan firman Tuhan.
3. Perhatian Utama Kepada Kelompok Yang Tanggap
Di dalam setiap persekutuan senantiasa ada dua macam kelompok yang berbaur. Kelompok yang satu sebagai mayoritas. Mereka selalu mengambil bagian di dalam kegiatan-kegiatan massal dan di dalam kegiatan-kegiatan yang tidak menuntut terlalu banyak dari mereka. Kelompok yang lain biasanya minoritas pada awalnya. Mereka rindu dan siap untuk di bina. Mereka mau menjalani tuntutan kehidupan kristiani secara total. Untuk selanjutnya mereka yang terakhir ini disebut kelompok tanggap.68
Kekeliruan strategi pelayanan biasanya terletak pada konsentrasi program untuk kelompok pertama dan kurang memperhatikan pembinaan bagi mereka yang sudah siap menjadi murid-murid Kristus.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1eCNTDjRHg6SlWQkWa0hEQJ4pIqEXjPwlI7KldmVBhnzcOuvnBHZ6pxW8FBY1pCky7DN1t_ApTQctc73nCwaJPItNc0Fv0VTggIV8-BarZVco3LXngX4zMaRqah87Sy7KxvGl2FEQI75R/s200/networking.jpg
Pertanyaan segera timbul yaitu kenapa kelompok tanggap begitu penting artinya. Alasan pertama, kekuatan suatu persekutuan justru terletak pada adanya mereka. Suatu persekutuan, walaupun tidak maju, bisa tetap survive justru berkat peran mereka. Mereka tetap datang mengikuti persekutuan meskipun hari hujan. Mereka mengikuti kegiatan-kegiatan pembinaan.
Secara diam-diam mereka memperhatikan teman sesama persekutuan. Betapapun payahnya keadaan suatu persekutuan, selalu saja ada segelintir anak-anak Tuhan yang tanggap.
Alasan kedua, kehidupan paling efektif dipengaruhi melalui kehidupan lainnya. Kelompok tanggap melayani teman-teman sepersekutuan melalui hidup mereka. Mereka melayani orang lain secara muka dengan muka dan bukan melalui program. Dan memang seberapapun hebatnya program itu tidak pernah bisa menggeser peran manusia pribadi dalam mempengaruhi orang lain. Justru program yang baik di dalam gereja seharusnya menyediakan kesempatan bagi perjumpaan antarpribadi secara timbal-balik. Nasehat kuno dari penulis Amsal tetap berlaku bahwa
"besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya" (Amsal 27:17).
Mengingat pentingnya kehadiran kelompok tanggap itu di dalam suatu persekutuan, maka kehadiran mereka jangan dianggap sebagai pelengkap saja. Walaupun mungkin banyak dari antara mereka tidak menjabat pengurus, namun sesungguhnya mereka merupakan pemimpin. Kepemimpinan mereka justru nyata di dalam pelayanan mereka kepada sesama teman di dalam persekutuan. Dedikasi mereka bisa diandalkan, sebab lebih dulu, mereka menyerahkan diri mereka kepada Yesus.
Jadi, kelompok tanggap harus mendapat perhatian utama. Bahkan kelompok ini harus membengkak untuk kemudian menjadi kekuatan yang dahsyat dari persekutuan itu. Namun perlu dicatat bahwasanya kelompok tanggap tidak pernah eksklusif. Mereka tidak membentuk kelompok sendiri secara disengaja. Penamaan "kelompok tanggap" hanya untuk mempermudah uraian di atas saja.
4. Penyusunan Program Terpadu
http://hileud.com/images/w656t/20120328_224354_2616.jpgProgram-program dilaksanakan tidak sekedar demi program. Program-program perlu direncanakan dan dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga kebenaran-kebenaran Alkitab dan kehidupan kristiani memperoleh ruang gerak di dalam persekutuan kristiani dan menjadi bagian dari pengalaman hidup sehari-hari.
Selain itu kegiatan-kegiatan massal perlu direncanakan secara terpadu. Kebaktian Penginjilan dan Kebaktian kebangunan Rohani perlu bimbingan lebih lanjut. Retreat diadakan sebagai bagian dari program persekutuan secara keseluruhan. Ada kegiatan yang mendapat prioritas sesuai dengan kebutuhan persekutuan.
Akhirnya, persekutuan di dalam kelompok-kelompok kecil harus diberi tempat yang layak. Di situlah anggota-anggota persekutuan bisa lebih cepat saling mengenal. Di situlah juga mereka bisa saling berbagi rasa dan menanggung beban. Dan, seperti yang sudah disinggung di atas, di situlah mereka belajar memecahkan masalah secara bersama-sama. Itulah model ideal dari suatu persekutuan.

One Response so far.

  1. Terimakasih saya mendukung kaum muda harus maju gereja masa depan adalah tanggungjawabmu juga

Leave a Reply