Pelayanan Kaum Muda ( Sabda ) bagian I


http://purwonomedia.files.wordpress.com/2008/10/world-youth-day-2008.jpg

1. Arti Kaum Muda
Melihat ciri utama kaum muda itu maka bisa dimengerti bahwa kaum muda dan usia muda mempunyai arti kepentingan tersendiri. Minimal ada tiga alasan mendasar untuk itu.
Pertama, kaum muda sedang menjalani masa pembentukan kepribadian. Aspek individual ini memberitahukan kita bahwasanya kurun masa muda bagaikan suatu rimba pencaharian, yang di dalamnya kaum muda meraba-raba. Mereka mau mengarahkan diri mereka kepada pribadi yang dewasa. Tetapi untuk itu mereka harus mengalami tahun-tahun pembentukan.
Jika pembentukan ini tidak beres atau keliru ditangani, maka dampak negatifnya bisa lama mempengaruhi jalan hidupnya. Ingatkah suami yang masih suka memukul isterinya? Ada ibu yang merasa risih bila berada di dalam dapur, namun ia merasa betah berjam-jam berada di dalam pertemuan arisan. Bukan saja ada cross boy/girl, tetapi juga ada cross papa/mama. Masih banyak lagi kasus-kasus orang dewasa. Herannya gejala-gejala itu banyak kali bisa ditelusuri kembali kepada ketidakberesan pembentukan karakter pada masa muda.
Karakter sendiri tidak pernah terbentuk sekali jadi. Proses pembentukannya berlangsung lama. Namun hasilnya tidak bisa dianggap remeh, sebab itu akan menjadi pondasi kehidupan. kita tidak bisa membayangkan ape jadinya sebuah bangunan yang tinggi, tetapi pondasinya rapuh. Demikian juga, alangkah berbahayanya melewati kehidupan dewasa yang panjang, berat dan penuh dengan tanggung jawab, dengan berbekalkan kepribadian rapuh dan labil.
Kedua, kaum muda lebih mudah dibentuk. Oleh karena kaum muda sedang berada di dalam masa pembentukan, maka mereka memiliki kelenturan dalam banyak bidang. Betul bahwa mereka belum stabil. Tetapi justru itulah mereka mudah menerima pengarahan dan hal-hal yang baru. Pengaruh orang lain, khususnya di luar lingkungan keluarga, mudah masuk. Sebaliknya, kaum dewasa sudah terbentuk dan sukar dipengaruhi lagi. Seandainya mereka memiliki sifat dan kebiasaan buruk, itu sulit dibuang. Karena kepribadian orang dewasa sudah tidak lentur lagi.
Ketiga, Kaum muda akan membentuk keluarga. Seorang muda yang berkepribadian baik dan mantap, hampir bisa dipastikan bahwa ia akan membentuk keluarga yang baik dan mantap pula. Karena kematangannya ia tidak akan sembarangan mencari pasangan hidup. Seorang muda yang dewasa di dalam Kristus mempunyai pengaruh yang langsung kepada keluarga yang akan dibentuknya. Lebih jauh lagi pengaruh itu akan terasa di dalam masyarakat, karena keluarga adalah unit masyarakat yang terkecil. Sedangkan kalau seorang ibu dimenangkan bagi Kristus, pengaruh imannya terhadap suaminya dan anak-anaknya yang sudah besar umumnya tidak begitu terasa.
Setelah melihat arti kaum muda baik secara individual maupun secara sosial, maka tidak berlebihan kalau gereja harus memberikan perhatian dan menanam modal yang besar untuk pelayanan kaum muda. Apalagi pelayanan ini diakui problematis.
2. Masalah

http://hatidamai7.files.wordpress.com/2010/08/welcome1.jpg
Sekarang masalahnya adalah bagaimanakah keadaan pelayanan kaum muda? Antara fakta dan ideal apakah terdapat jurang yang sangat lebar? Secara singkat itu bisa dijawab tidak ada masalah. Sebab pada umumnya suatu persekutuan kaum muda jarang kekurangan pengunjung. Jumlah hadirin relatif banyak. Lagi pula kaum muda tidak pernah sepi dari kegiatan. Sepanjang tahun tampak sekali dominasi kegiatan mereka.
Akan tetapi di balik itu tetap ada masalah. Antara yang seharusnya dan yang ada jaraknya jauh sekali. Das Sollen dan Dasein belum terjembatani. Ada gejala-gejala kemandegan yang secara serius perlu segera diatasi.
Gejala-gejala kemandegan itu tampak pertama-tama dari jumlah hadirin yang kurang lebih tetap sama dari tahun ke tahun. Memang ini bukan kemerosotan jumlah. Tetapi keadaan ini juga bukan indikasi adanya kemajuan. Pengunjung baru hampir selalu ada setiap minggu. Tetapi sayang mereka tidak lagi datang. Atau kalau mereka datang secara rutin (gejala yang sangat menggembirakan!), orang lama ternyata mulai tidak datang lagi ke dalam persekutuan (gejala yang menyedihkan!). Akhirnya, tidak ada pertambahan anggota secara berarti. Bukankah ini merupakan gejala yang memprihatinkan!
Gejala kedua adalah tidak jelasnya arah dan sasaran kegiatan-kegiatan. Ada kegiatan tidak berarti ada arah. Ada acara tidak berarti ada sasaran yang jelas. Bisa saja terjadi suatu program dilaksanakan semata-mata demi program. Hal ini tampak ketika saat evaluasi pelaksanaan program tiba. Yang banyak dipersoalkan adalah masalah pelaksanaan yang kurang ini dan kurang itu. Soal mau apa dengan kegiatan itu hampir-hampir dilupakan. Gejala ini khas bagi suatu persekutuan yang orientasinya kepada program dan bukan kepada pribadi.
Gejala kemandegan terakhir adalah tidak adanya kemajuan rohani yang jelas. Anggota-anggota persekutuan tidak mementingkan saat teduh pribadi; mereka terbiasa dengan selera mendengar khotbah-khotbah yang ringan; antara kehidupan iman dan kehidupan sehari-hari jaraknya jauh sekali; para aktivis hanya orang yang itu-itu saja; pemilihan pengurus tidak didasarkan pada kwalitas rohani dan kepribadian. Khotbah dan kegiatan yang berbobot diadakan. Tetapi tidak pernah dibicarakan sampai di mana kemajuan rohani si A, si B, atau si C. Jadinya, semua khotbah dan kegiatan itu sebenarnya untuk siapa?
Ketiga gejala kemandegan di atas memang sekedar contoh dari sekian banyaknya gejala-gejala kemandegan yang ada. Yang perlu dipahami betul ialah kemandegan tidak identik dengan maju tidak mundur pun tidak. Itu bukan gejala stabil yang patut dipertahankan. Bagi suatu persekutuan gereja yang bersifat organis pertumbuhan adalah gejala yang normal. Berhenti bertumbuh merupakan gejala yang tidak wajar. Maka perlu dicari suatu terobosan baru untuk mengatasi kemandegan ini.



baca juga : Pelayanan Kaum Muda ( Strategi Pelayanan ) bagian II

Leave a Reply