MENCETAK KAUM MUDA YANG MISIONER bagian 1



Sebuah Pengantar dan Pedoman Praktis

Kaum muda dan misi
Salah  satu  krisis  dalam pergerakan  misi  dewasa adalah  misi  kepada  kaum  muda. Situasi ini merupakan  fenomena  yang  sangat  ironis,  mengingat  kaum  muda  merupakan  golongan masyarakat  yang  paling  perlu  mendapatkan  perhatian gereja.  Eric  S.  Fife  dan  Arthur  F. Glosser memaparkan beberapa karakteristik golongan ini yang perlu diperhatikan dalam misi: growing class, strategic class, a needy class, a critical class, a responsive class, a neglected class and a class to be reached.Dari deretan karakteristik tersebut, ada beberapa yang perlu dielaborasi lebih lanjut dan sekaligus menjadi alasan fundamental mengapa kaum muda perlu dilibatkan  dalam  aktivitas  misi.  Pertama,  kaum  muda  merupakan  golongan  masyarakat terbesar  yang  hampir  mencapai  50% dari  total  penduduk  dunia.Signifikansi  ini  akan semakin terlihat apabila dikaitkan dengan potensi mereka sekarang dan di masa akan datang dalam berbagai bidang kehidupan.
https://fbcdn-sphotos-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/390102_2047378596524_16860767_n.jpgKedua, kaum muda merupakan golongan yang seringkali tidak mendapat perhatian di gereja. Faktor yang melatarbelakangi fenomena ini sangat beragam. Sebagian gereja melihat dari sisi pertimbangan finansial. Pelayanan kaum muda biasanya diidentikkan dengan pelayanan yang kreatif  dan  dinamis,  sehingga  membutuhkan  banyak  dana  untuk  merealisasikan  hal  tersebut dalam bentuk kegiatan. Di sisi lain, pelayanan kaum muda tidak banyak menjanjikan dari sisi kuantitas  persembahan  (uang)  yang  “dihasilkan”.  Faktor  lain  terkait  dengan  konsep  yang salah  tentang  pelayanan  kaum  muda.  Hal  ini  biasanya  ditemukan  dalam  beberapa  gereja  di kota kecil. Beberapa pemimpin gereja menganggap “it is not worth their time for the growth of their church to try to reach youth (after all, they say, youth move on to other churches as they get older and go to work in other cities)”.
 Dalam bidang misi, kaum muda juga kurang mendapat  perhatian  khusus.  Salah  satu  fenomena  yang  mungkin  bisa  mewakili  situasi  ini adalah  ketidaksesuaian  jumlah  kaum  muda  yang  berkomitmen  untuk  misi  dalam  pertemuan Urbana  dengan  jumlah  yang  akhirnya  benar-benar  terjun  ke  dunia  misi.  Dalam  pertemuan Urbana  1976  terdapat  9000  kaum  muda  yang  mengambil komitmen  untuk  pelayanan  misi, tetapi  hanya  sedikit  yang  akhirnya  memenuhi  panggilan  tersebut.  Ada  beberapa  faktor  yang menyebabkan situasi tersebut, tetapi “the major obstacle appears to be a lack of commitment by those involved in the missionary vocation to prepare well-equipped men and women”.
Alasan  terakhir  –  tetapi  bukan  yang  terkecil  –  adalah  catatan  sejarah  tentang  peranan  kaum muda  dalam  misi  dunia.  Kaum  muda  telah  memberikan  kontribusi  yang  besar  dalam pergerakan  misi  dunia.  Banyak  tokoh  penggerak  misi dunia  yang  berawal  dari  pelayanan
kaum  muda  di  beberapa  universitas,  misalnya  Ludwig  von  Zinzendorf  (tokoh  misi Moravian),  Charles  dan  John  Wesley  (tokoh  reformasi  di  Inggris),  John  R.  Mott,  Charles Simeon, Samuel Zivemer, William Miller dan Frank Laubach Tonggak sejarah ini dimulai dari  doa  5  (lima)  mahasiswa  di  William  College  pada  2  Agustus  1806.  Pada  saat  mereka sedang  berdoa  tiba-tiba  terjadi  hujan,  guruh  dan  kilat  yang  hebat,  sehingga  mereka  mencari persembunyian  di  antara  tumpukan  jerami  kering  (haystack).  Di  tengah  situasi  seperti  itu mereka  berdoa  untuk  kebutuhan  spiritual  Asia.  “So  there  we  have  the  beginning  of  this stream  that  has  flowed  and  blessed  the  world  from  that  time,  and  is  till  flowing  today”.Beberapa organisasi misi kaum muda yang berkembang sampai sekarang antara lain Urbana, Campus  Crusade,  The  Navigators,  The  Fellowship  of  Christian  Athletes,  Youth  for  Christ, Youth With a Mission, Operation Mobilization

Leave a Reply