10 TELADAN YESUS SEBAGAI PEMIMPIN


TELADAN
“Mental seorang pemimpin diperlukan oleh siapapun yang ingin mulai meniti tangga
kesuksesan. Untuk itu orang biasanya mencari teladan atau idola, yaitu para pemimpin yang
dapat ditiru kiat-kiatnya dan dipelajari mentalitasnya. Bagi orang Kristen, kepemimpinan dimulai
dari meneladani karakter dan mental pemimpin dari tokoh terpenting dari kekristenan, yaitu
Kristus.
“Kristus adalah seorang pemimpin yang hebat, kalau tidak bisa disebut yang paling
menakjubkan. Selama masa hidup-Nya di bumi, Kristus telah memulai tiga tahun
pelayanan-Nya menjadi sesuatu yang saat ini telah menjadi sebuah gerakan mendunia yang
mengubah sejarah. Saat ini lebih banyak orang yang mengikuti Dia daripada pemimpin
pemimpin lainnya yang pernah dan masih hidup di dunia.
Sebagai teladan, Yesus telah memberikan berbagai prinsip yang penting dalam membentuk
seorang pemimpin, dan lewat hidup-Nya terkuaklah contoh-contoh nyata yang dapat kita tiru
dan terapkan dalam hidup kita. Apa saja yang Yesus ajarkan dan praktikkan?
1) Bagi Yesus, pemimpin = pelayan
Di acara-Nya yang terakhir bersama seluruh murid, yaitu Perjamuan Terakhir, Yesus
membasuh kaki para murid, termasuk Yudas yang nantinya akan berkhianat. Yesus
mengetahui posisi-Nya sebagai pemimpin, tetapi tidak melupakan panggilan-Nya untuk
melayani. Ia patuh dan setia pada tujuan pelayanan-Nya. Ia mengetahui masa depan dan Ia
bersedia menerimanya. (Referensi: Markus 8:35; Matius 20:25; Matius 23:11)
2) Tujuan-Nya harus menjadi prioritas utama hidup
Dalam banyak hal, seluruh hidup dan pelayanan Yesus adalah tentang memprioritaskan hidup
dan menjalani setiap prioritas itu. Ketika Ia bicara, “”"”Biarkan yang mati menguburkan yang
mati,”"”" Yesus bicara tentang perlunya berkonsentrasi pada tujuan kita yang paling penting dan tidak mengalihkan perhatian kita pada situasi darurat sekalipun (Matius 8:22). Ketika Lazarus meninggal, Yesus tetap fokus pada apa yang sedang Ia kerjakan, dan tidak pergi mengunjungi Lazarus sampai dua hari kemudian. Yesus berjalan dalam misi-Nya. Ini artinya, kepemimpinan kita harus digerakkan bukan oleh keinginan orang-orang di sekitar, melainkan oleh tujuan hidup kita. (Referensi: Lukas 19:10; Matius 6:33)
3) Pimpinlah diri sendiri sebelum memimpin orang lain
Ajaran Yesus adalah: jadilah dulu sesuatu sebelum melakukannya pada orang lain. Tanpa
banyak bicara, Yesus menyembuhkan orang buta, orang kusta, orang pincang, orang tuli; Ia
membiarkan setiap karya-Nya berbicara untuk diri-Nya. Ia tahu bahwa orang-orang akan
meniru apa yang mereka telah lihat, tapi belum tentu apa yang mereka dengar. (Referensi:
Lukas 7:22; Yohanes 14:11)
4) Perubahan datang dari hubungan, bukan dari posisi
Yesus mengerti benar pentingnya membangun hubungan. Ia tidak mendirikan tahta di tengah
kota dan berkata, “”"”Inilah istana-Ku. Inilah satu-satunya tempat di mana kalian bisa melihat
Aku.”"”" Sebaliknya, Ia malah pergi ke pasar, ke pelabuhan, ke berbagai sinagoge dan memulai
pelayanan-Nya dari sana. Ia bahkan mengunjungi rumah orang-orang biasa. Jadi Ia pergi ke
berbagai tempat dan membangun hubungan yang baik dengan setiap orang yang Ia kunjungi,
tanpa memedulikan posisinya. (Referensi: Yohanes 4:5-30; 8:1-11)
5) Pemimpin harus mampu mengisi dirinya sendiri
Hidup itu keras dan berat. Semakin kita sukses dan semakin banyak orang yang kita pimpin,
semakin banyak hal yang mereka inginkan dari kita. Kita harus mampu memperlengkapi diri
dengan berbagai hal yang mereka minta. Beberapa kali Yesus pergi menyendiri dan mencari
tempat untuk melakukan introspeksi dan berdiam diri. Dengan cara itu Ia berbicara dengan
Bapa-Nya dan mendapatkan lagi asupan `bahan bakar` untuk memperlengkapi diri-Nya
menghadapi berbagai tantangan ke depan. (Referensi: Markus 3:7-10; Lukas 4:42-43)
6) Pemimpin harus membuat pengikutnya berani mengambil komitmen
Yesus memiliki produk yang paling dahsyat yang pernah ada, yaitu: KESELAMATAN. Ia
menawarkan kesempatan pada manusia untuk memiliki hubungan baik dengan Tuhan. Ia
berbicara tentang surga dan malaikat, kegembiraan dan kedamaian, dan istana yang megah.
Tapi Ia tak pernah sekalipun memberikan gambaran yang terdistorsi. Ia memberi peringatan
pada pengikut-Nya bahwa nanti akan terjadi penyiksaan dan kesulitan hidup pada diri mereka.
Namun Yesus tidak pernah lupa mempersiapkan para pengikut-Nya untuk saat-saat berat
seperti itu. (Referensi: Yohanes 6:53; Matius 16:24)
7) Pemimpin memberi rasa aman dan kekuatan saat menangani persoalan yang berat
Yesus memberikan contoh nyata pada para pengikut-Nya, bagaimana menangani
persoalan-persoalan yang berat: Ia bangun pagi-pagi sekali dan berdoa meminta panduan dari
Bapa-Nya. Ia tetap tenang dan terkendali selama mengalami saat-saat yang sulit. Yesus tidak
mencari masalah dengan para musuh-Nya, tapi Ia tidak pernah menunda untuk memberi
teguran atas setiap kesalahan, tapi juga memberikan contoh bagaimana seharusnya bertindak.
Dan yang terpenting, Yesus berhasil, dengan segala kekuatan-Nya, menyelesaikan pelayanan
yang telah Ia mulai. (Referensi: Lukas 20:20-26; Matius 22:23-46)
8) Pemimpin yang hebat memimpin di tingkatan yang lebih tinggi
Yesus memimpin di tingkatan yang lebih tinggi daripada yang lainnya, dan ia meminta para
pengikut-Nya membuat komitmen yang tingkatannya juga lebih tinggi dari biasanya. Yesus
telah menunjukkan pola kepemimpinan yang tidak cukup dengan segala hal yang biasa-biasa
saja. Pemimpin tidak boleh hanya lewat begitu saja, atau mengolah apa yang sudah ada.
Yesus tahu bahwa kredibilitas seorang pemimpin muncul dari kemampuannya menyelesaikan
masalah. Ia memimpin orang- orang menuju suatu hidup baru yang tidak mungkin pernah
dicapai lewat usaha manusia saja. (Referensi: Yohanes 16:33; Matius 16:24)
9) Pemimpin memilih dan mengembangkan anak buahnya yang inti
Setiap pemimpin yang efektif tahu satu hal: sukses diperoleh lewat orang-orang terdekatnya.
Pemimpin yang efektif tidak menyerahkan masalah yang satu ini kepada keberuntungan saja.
Menjadi seorang pemimpin berarti memilih siapa saja yang akan menjadi bagian dari timnya,
sekaligus memberikan perhatian yang intens kepada mereka yang akan memainkan
peran-peran penting dalam tim itu. Yesus tidak pernah mengambil keputusan dengan cara
voting; Ia selalu memikirkan setiap pilihan yang akan diambil-Nya dengan matang terlebih dulu.
Ia bahkan berdoa sepanjang malam sebelum Ia memilih keduabelas rasul. Secara konsisten,
Yesus menantang orang-orang untuk mengambil langkah-langkah komitmen yang lebih dalam
untuk memberitakan Kerajaan-Nya. Yesus memiliki prinsip dalam membentuk tim. Prinsip ini
melibatkan seleksi yang serius, komunikasi yang intens, pemberian tanggung jawab,
pengawasan yang ketat, dan keteladanan yang harus ditiru dan dilaksanakan oleh setiap
anggota tim-Nya. (Referensi: Lukas 10:1; Matius 10:1)
10) Tidak ada sukses jika tidak ada penerus
Bahkan di masa awal pelayanan-Nya, Yesus memberitahukan para pengikut-Nya bahwa Ia
hanya akan berada bersama-sama mereka untuk waktu yang sangat singkat. Dari waktu ke
waktu mereka sering mempermasalahkan masa pelayanan-Nya yang terbatas itu. Ia
menjelaskan namun juga tetap meyakinkan mereka bahwa kepergian-Nya nanti bukan sesuatu
yang salah. Dari sejak awal, Yesus telah mempersiapkan mereka untuk tetap hidup meskipun
Ia telah pergi ke surga. Ia memberi teladan untuk selalu mengandalkan Roh Kudus dan terus
mempengaruhi sesama. Tongkat estafet harus diteruskan ke pelari berikutnya, bukan dibawa
pulang. (Referensi: Matius 28:18-20; Yohanes 20:21-22)
Tidak sulit bukan, menjadi seorang pemimpin itu? Yang paling berat biasanya adalah saat
memulainya. Tapi setelah itu, dengan disiplin dan niat yang kuat, jejak-jejak kepemimpinan
Kristus bisa segera Anda terapkan. Mulailah dari sekarang!”

Leave a Reply